Pages

Wednesday, July 27, 2011

Saat Hanya ada Air Mata yang Menemani


Malam ini kembali ku terhenyak menghadapi kenyataan yang ada. Sungguh tak bisa kutahan air mata ini,,,membasahi pipiku dengan derasnya. Ya Rabb...kenapa Engkau panggil Ia begitu cepat? seorang yang sangat kuhormati dan kusayangi Kau ambil begitu saja, tak memberikanku kesempatan untuk meminta maaf dan yang paling kusesali tak sempat  kubisa membahagiakannya.

Kenangan itu masih tertata dengan jelas di kotak ingatanku ini. Sosok seorang Ibu yang sangat baik, ramah, perhatian dan yang terpenting Beliau lah yang paling dekat diantara saudara-saudaraku yang lain. Ya...beliau adalah Ua yang paling dekat denganku. Beliau sudah seperti ibu kedua bagiku. Karena aku tahu, kutahu dengan jelas bagaimana sayangnya beliau padaku.

Malam ini adalah malam ketiga setelah kepergiannya, Ada air mata yang tertahan ketika mendengar perkataan saudara-saudaraku. tak sanggup aku mendengar perkataan Anak Ua ku. Dengan tergesa-gesa ku langsung pamitan untuk pulang ke rumah. Kenapa? si Teteh berkata "teh, terang teu...ti sabulan sateuacanna mimi maot teh, naroskeun terus teteh, iraha ceunah teteh teh uih? naha teu hoyong ngalongok Ua na tah?" Ya Rabb....tak sanggup sungguh aku tak sanggup mendengarnya, hatiku benar-benar sedih sekali mendengarnya. Sampai akhir hayatnya pun aku tak sempat bertemu. Sungguh aku merasa sangat bersalah dan berdosa sekali. Penyesalanku ini entah sampai kapan akan menghinggapi jiwaku ini.

Sendiri ku telan air mata lara, penyesalan ini sungguh menghujam dalam batinku. kenapa aku tak pulang ke kampung halamanku ini sedari dulu? kenapa aku begitu egois dan hanya memikirkan diriku sendiri? Rintihku mengalun tak bersuara, tak mampu kuungkapkan lara ini bahkan kepada ibu yang telah melahirkanku pun aku tak mampu. Dan hanya bisa kupendam sendiri sakit ini. Mungkin jiwa ini terlalu merintih kehilangan Ua tercinta tapi saat ini biarkan lara ini menyelimuti dan menemaniku dalam heningnya.


Tiba-tiba terdengar bunyi SMS dari handphone ku, saat kulihat...tak bernama...bait SMS dari nomor tak bernama tersebut membuatku tertegun, "setiap pergi adalah juga kembali dan setiap pulang adalah perjalanan menuju rumah keabadian". Astaghfirullah....kesedihan yang berlebihan dilarang oleh agamaku. Segera kumohon ampun kepada Sang Pemilik Takdir. Sungguh kematian adalah pasti bagi setiap makhluk dan aku pun pasti akan kembali PadaNya. Namun.....Namun......

Biarkan aku merindu sejenak, merasakan semilir lembut masa lalu. Agar tak hilang jejak yang kian memudar. Kenangan akan Ua yang paling dekat denganku. Ua yang tak pernah marah padaku. Ua yang tak pernah mengecewakanku. Tuhan....biarkan aku merindu sejenak lagi, agar sepotong kisah ini takkan hilang tergilas waktu. Di atas kanvas hatiku, kan ku buat sketsa Wajahmu Ua ku sayang.....dan kan ku bingkai selalu dengan senyum dan doaku.....Ua semoga kau diterima Iman Islammu. Diampuni dosa-dosanya serta  dilapangkan kuburnya. Amiin...

*Ketika hanya ada aku dan air mata yang menemani.....*

2 comments:

  1. allahumarhamha...wa'afihaa...wa'fuanha....
    aamiin....
    sabar ya teh....

    ReplyDelete
  2. makasih doanya v3,,,,
    sering-sering berkunjung kesini ya, :h:

    ReplyDelete

Terimakasih telah sudi membaca artikel ini. Penulis memohon kesediaan sobat untuk mengisi kotak komentar. Untuk menggunakan Emoticon, tulis teks yang ada di samping gambarnya.