Pages

Friday, August 31, 2012

Pembagian Korea Utara dan Korea Selatan

Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan Jepang atas Korea. Di dalam sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah untuk mendirikan pemerintah sementara Korea yang akan menjadi bebas dan merdeka pada waktunya. Meskipun pemilihan umum dijadualkan, dua adidaya mendukung dari belakang para pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah didirikan, masing-masing mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.


Semenanjung Korea, kali pertama dibagi menurut 38 derajat lintang utara, yang kemudian menjadi sepanjang garis demarkasi

Perang Korea (1950-1953) meninggalkan dua Korea yang dipisahkan oleh Zona Demiliterisasi Korea, yang secara teknis masih menyisakan perang melalui Perang Dingin hingga kini. Korea Utara adalah negara komunis, seringkali digambarkan sebagai Stalinis dan tertutup. Ekonominya pada awalnya menikmati pertumbuhan yang substansial namun runtuh pada tahun 1990-an, tidak seperti tetangga Komunisnya Republik Rakyat Cina. Korea Selatan tumbuh, setelah beberapa dasawarsa di bawah penguasa otoriter, menjadi demokrasi liberal capitalis, salah satu ekonomi terbesar di dunia.




Sejak 1990-an, dengan pemerintahan Korea Selatan yang liberal progresif, juga mangkatnya pendiri Korea Utara Kim Il-sung, dua pihak mangambil jalan, langkah-langkah simbolik menuju Reunifikasi Korea yang mungkin


LATAR BELAKANG :

Penjajahan Jepang atas Korea (1910-1945)

Korea pernah menjadi sebagian wilayah Kekaisaran Jepang mulai tahun 1910 hingga tahun 1945. Keterlibatan Jepang bermula dengan Perjanjian Ganghwa tahun 1876 ketika Dinasti Joseon Korea dan meningkatnya serentetan pembunuhan Ratu Myeongseong di tangan agen-agen Jepang pada tahun 1895, lalu berpuncak dengan Perjanjian Eulsa tahun 1905 dan Perjanjian Aneksasi tahun 1910, yang kedua-duanya akhirnya dinyatakan "batal dan tidak sah" oleh kedua belah pihak (Jepang dan Korea Selatan) pada tahun 1965. Sepanjang tempo ini, meskipun Jepang membangun jaringan jalan raya dan komunikasi modern, kehidupan rakyat biasa Korea amat keras.



Penjajahan Jepang terhadap Korea berakhir dengan penyerahan Jepang kepada Blok Sekutu pada tahun 1945 pada akhir Perang Dunia II. Semenanjung Korea kemudian dibagi atas Korea Utara dan Selatan. Zaman pendudukan ini meninggalkan pertentangan yang terus-menerus antara Jepang dan kedua pihak Korea.

Di Korea, zaman ini disebut Zaman Pendudukan Jepang (일제 강점기; Ilje gangjeomgi) atau Zaman Kekaisaran Jepang (일제시대, Ilje sidae), kadang-kadang juga Wae jeong (Hangul: 왜정, Hanja: 倭政), atau "administrasi Jepang". Di Jepang, zaman ini dipanggil Korea di bawah pemerintahan Jepang (日本統治時代の朝鮮).

Akhir Perang Dunia II (1939-1945)

Pada November 1943, Franklin Roosevelt, Winston Churchill, dan Chiang Kai-shek bertemu di Konferensi Kairo untuk membahas apa yang harus terjadi pada koloni Jepang, dan setuju bahwa Jepang harus kehilangan semua wilayah taklukkannya karena dikhawatirkannya bahaya kebangkitan Jepang. Dalam pernyataan setelah konferensi ini, Korea disebutkan untuk pertama kalinya. Tiga kekuatan menyatakan bahwa "kesadaran akan perbudakan rakyat Korea ditentukan bahwa pada saatnya Korea akan menjadi bebas dan merdeka" (Konferensi Kairo). Bagi nasionalis Korea yang menginginkan kemerdekaan langsung, frasa "pada waktunya" adalah alasan kecemasan. Roosevelt mungkin telah mengusulkan kepada Stalin bahwa 3 atau 4 tahun berlalu sebelum Korea merdeka sepenuhnya; Stalin keberatan, dengan mengatakan bahwa periode waktu yang lebih singkatlah yang diinginkan. Pada kasus manapun, perbincangan Korea di antara Blok Sekutu tidak akan dilanjutkan hingga kemenangan atas Jepang semakin dekat.



Dengan berakhirnya perang yang tampak pada bulan Agustus 1945, masih belum ada mufakat mengenai nasib Korea di antara pemimpin Sekutu. Banyak orang Korea di Semenanjung Korea telah membuat rencana mereka sendiri untuk masa depan Korea, dan beberapa dari rencana ini termasuk pendudukan kembali Korea oleh kekuatan asing. Menyusul pengeboman atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, tentara Uni Soviet menyerbu Manchuria, sesuai kesepakatan Joseph Stalin dengan Harry Truman selama konferensi Potsdam.[3] Namun, para pemimpin Amerika khawatir bahwa seluruh semenanjung mungkin akan diduduki oleh Uni Soviet, dan ketakutan ini mungkin juga mengarah pada pendudukan Soviet atas Jepang. Peristiwa berikutnya menunjukkan rasa takut ini menjadi tidak berdasar. Pasukan Soviet tiba di Korea sebelum tibanya pasukan Amerika, tetapi mereka hanya menduduki bagian utara semenanjung, menghentikan perjalanan mereka di 38 derajat Lintang Utara, sesuai dengan kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat. Pada tanggal 10 Agustus 1945 dua perwira muda - Dean Rusk dan Charles Bonesteel - ditugaskan untuk menciptakan zona pendudukan Amerika. Bekerja pada pemberitahuan yang sangat pendek dan sama sekali tidak punya persiapan yang cukup untuk tugas itu, mereka menggunakan peta National Geographic untuk menentukan 38 derajat LU; mereka memilihnya karena garis itu membagi Korea kira-kira di tengah-tengah tetapi akan menjadikan ibukota Seoul di bawah kendali Amerika. Tidak ada ahli tentang Korea yang diminta konsultasi dan kedua orang tidak menyadari bahwa empat puluh tahun sebelumnya, Jepang dan Rusia telah membahas pembagian Korea pada sepanjang garis lintang yang sama; Rusk kemudian mengatakan bahwa dia tahu, dia "hampir pasti" akan memilih garis yang berbeda. Bagaimanapun, keputusan itu dituliskan secara tergesa-gesa ke dalam Orde Umum Nomor 1 untuk pengurusan Jepang pascaperang.

Jenderal Nobuyuki Abe, Gubernur-Jenderal Jepang di Korea yang terakhir, telah berhubungan dengan sejumlah orang Korea yang berpengaruh sejak awal Agustus 1945 untuk mempersiapkan peralihan kekuasaan. Pada 15 Agustus 1945, Lyuh Woon-Hyung, politisi sayap kiri yang moderat, setuju untuk mengambil alih. Dia bertugas mempersiapkan pembentukan sebuah negara baru dan bekerja keras untuk membangun struktur pemerintahan. Pada 6 September 1945, wakil-wakil kongres bersidang di Seoul. Penyusunan dasar negara Korea modern berlangsung hanya tiga minggu setelah Jepang menyerah. Pemerintah didominasi oleh sayap kiri, yang sebagiannya disebabkan oleh banyak pejuang antipenjajahan yang setuju dengan banyak pandangan komunisme mengenai imperialisme dan kolonialisme.

SETELAH PERANG DUNIA II
DI SELATAN


Pada 7 September 1945, Jenderal MacArthur mengumumkan bahwa Letnan Jenderal John R. Hodge mengelola urusan Korea, dan Hodge mendarat di Incheon baserta pasukannya keesokan harinya. "Pemerintah Sementara Republik Korea" mengirimkan delegasi beserta tiga orang penerjemah, namun dia menolak untuk menemui mereka.

Dengan fokus mereka lebih dominan terhadap Jepang, penguasa militer Amerika menjadi kurang perhatian terhadap Korea dan tentara pada umumnya tidak ingin ditugaskan di sana. Sementara Jepang diletakkan di bawah pemerintahan sipil, Korea ditempatkan di bawah pemerintahan langsung satuan militer. Sedikit perubahan di dalam administrasi negara itu; petugas yang melakukan pelayanan di bawah otoritas Jepang tetap berada di posisi mereka masing-masing. Gubernur Jepang tidak diberhentikan sampai pertengahan September dan banyak petugas Jepang berada di kantor sampai 1946. Keputusan tersebut membuat marah sebagian besar warga Korea, karena Jepang selama ini telah membantu mengeksploitasi Korea. Kemarahan ini semakin menjadi-jadi tatkala militer Amerika memilih untuk memberikan banyak posisi pemerintahan bagi orang Korea yang dianggap telah mengkhianati negara mereka sendiri dengan bekerja sama dengan penguasa Jepang.

Penguasa pendudukan Amerika Serikat di Korea bagian selatan melihat banyak upaya pemerintah pribumi sebagai pemberontakan komunis dan menolak untuk mengakui "Pemerintahan Sementara". Namun, seorang anti-komunis bernama Syngman Rhee, yang pindah kembali ke Korea setelah puluhan tahun di pengasingan di Amerika Serikat, dianggap sebagai calon yang dapat diterima untuk memimpin negeri ini sementara waktu karena ia dianggap ramah kepada Amerika Serikat.

Di bawah Rhee, pemerintah sementara Korea Selatan melakukan sejumlah kampanye militer melawan pemberontak sayap kiri yang mengangkat senjata melawan pemerintah dan menganiaya lawan-lawan politik lainnya. Selama beberapa tahun berikutnya, antara 30.000 dan 100.000 orang kehilangan nyawa mereka selama perang melawan pemberontak sayap kiri. Pada Agustus 1948, Syngman Rhee menjadi presiden pertama Korea Selatan, dan pasukan Amerika Serikat meninggalkan semenanjung.

Source : indowebster.web.id

1 comment:

Terimakasih telah sudi membaca artikel ini. Penulis memohon kesediaan sobat untuk mengisi kotak komentar. Untuk menggunakan Emoticon, tulis teks yang ada di samping gambarnya.