Pada malam yang menghadirkan rembulan
Ada rindu yang berusaha diredam
Saat pendar sinar rembulan perlahan memudar
Dan Pungguk hanya mampu mengintip rembulan dari celah dahan
Saat langit malam menghampar luas
Ada rasa yang tak dapat terupa kata
Terkulum di tiap lembar dinding hati
Menggumam kisah yang tak pernah ada
Ada rindu yang berusaha diredam
Saat pendar sinar rembulan perlahan memudar
Dan Pungguk hanya mampu mengintip rembulan dari celah dahan
Saat langit malam menghampar luas
Ada rasa yang tak dapat terupa kata
Terkulum di tiap lembar dinding hati
Menggumam kisah yang tak pernah ada
Entah mengapa pungguk masih berdiri di tepi dahan
Bermain bersama angan yang menghayutkan logika
Terlupa nyata dan terus bergelut pada khayal kata "seandainya"
Sebegitu indahkah pendarnya rembulan?
Hingga kau tak pedulikan bebintang yang berkilauan
Menghambar berjuta, tinggal kau tunjuk satu sinarnya
Dan pungguk pun masih saja mengintip rembulan dari celah dahan
Membiarkan serpihan-serpihan asanya berhamburan
Menyusuri setiap lekuk rindu dan rasa yang tak dapat ia jelaskan
Menuju sinar rembulan di ujung malam
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah sudi membaca artikel ini. Penulis memohon kesediaan sobat untuk mengisi kotak komentar. Untuk menggunakan Emoticon, tulis teks yang ada di samping gambarnya.